Oleh: Cevi Whiesa

Batu satangtung (menhir) istilah lainnya lingga adalah batu berjenis andesit yang didirikan dan ditata sedemikian rupa oleh tangan manusia. Tentu saja pendirian batu satangtung ini dilakukan bersama-sama. Gotong royong. Pekerjaan yang sarat makna sosial, spiritual, kosmologis, serta mencerminkan kebudayaan bangsa Nusantara. Menhir di sebagian negara kerap dijadikan tujuan sebagai riset keilmuan guna memahami keluhungan peradaban dan kebudayaan leluhurnya. Bahkan menhir sampai saat ini dilindungi UNESCO sebagai warisan dunia.

Mari buka wawasan kita. Sebutan batu satangtung ini lahir dari masyarakat Sunda, sementara orang Toraja menyebutnya sebagai rante, istilah umumnya adalah menhir atau lingga. Batu satangtung bukan barang baru dan budaya batu satangtung ini sangat sarat dengan makna spiritualitas. Bukti keluhungan peradaban manusia. Selain itu, batu satangtung dapat dilihat dari sisi teknologi, bagaimana orang dulu meletakkan batu dengan berbagai ukuran dan pola tertentu. Batu satangtung mengandung makna spiritual yang luhung, kesadaran tinggi yang hanya bisa dicapai dengan kecerdasan akan hubungan ruang komisi antara manusia sebagai jagat alit dan alam semesta sebagai jagat ageung (jagat kecil dan jagat besar).

Batu satangtung tidak tepat jika dianggap sebagai media penyesatan ajaran. Benda bukan untuk dikafirkan. Batu satangtung justru merupakan bukti keluhungan budi-pangari manusia yang senantiasa mempercayai keberadaan Tuhan (istilah yang kita gunakan saat ini) dan hal itu jauh sebelum adanya berbagai kepercayaan atau agama apapun. Karena sejatinya Tuhan agama, agama pun bukan Tuhan, agama adalah alat untuk menuju pada ke-Tuhanan.

Batu satangtung juga menjadi bukti bahwa manusia terdahulu telah mengenal Tuhan jauh sebelum agama-agama datang dan menyebar. Nilai-nilai religiusitas pun sudah digunakan dalam kehidupannya. Batu satangtung juga sebagai wujud manifestasi bagaimana manusia menggunakan kemanusiaannya (humanisme). Artinya pula, manusia sudah mampu memikirkan kehidupan selanjutnya setelah hidup di dunia ini.

Lantas apa fungsi batu satangtung ini? Batu satangtung atau menhir terindikasi sebagai pusat peradaban bangsa-bangsa di dunia jika dikaji secara antropologi. Selain itu sebagai simbol manifestasi Hyang Maha Tunggal, sebagai peringatan peristiwa kematian orang tua dan leluhur, media astronomi manusia di masa lalu, sebagai media dalam peringatan suatu upacara religi. Artinya, batu satangtung merupakan tempat menyimpan dan mengambil cerita. Bahkan batu satangtung merupakan simbol sakralitas peradaban. Secara arkeologi pun terbukti bahwa kehidupan manusia di masa lalu sudah sangat luhung. Berbagai peninggalan berupa candi atau yang serupa menjadi bukti hal itu. Dan saat ini, tidak ada yang mampu membuatnya. Kenapa? Silahkan tanyakan pada diri sendiri. Justru saat ini manusia lebih cenderung hanya merusak. Merawat pun tidak mampu.

Maka sangat konyol rasanya, jika hari ini banyak manusia-manusia yang menggugu emosinya ingin merusak batu satangtung tanpa landasan yang jelas, tanpa bisa dijelaskan secara logis dan rasional apa alasannya, semuanya hanya berdasar pada musyrik, syirik. Itu salah besar. Maka disanalah pentingnya membaca dan belajar. 

Keberadaan batu satangtung saat ini mungkin masih banyak dan tersebar di berbagai lokasi. Bahkan mungkin masih ada yang belum ditemukan atau justru sudah ditemukan tapi malah dihancurkan karena ketidaktahuan. Titip, jika di tempat Anda masih terdapat batu satangtung, tolong dijaga dan dirawat. Anda menjadi manusia pilihan semesta.